Membacakan dongeng bisa menjadi salah satu cara pembelajaran untuk anak, karena bisa digunakan untuk menyampaikan pesan moral dan pelajaran yang terkandung di dalamnya dengan lebih menyenangkan.
Nah, bagi orang tua yang sedang mencari referensi, berikut 3 dongeng sebelum tidur yang bisa dibacakan saat si kecil mau tidur:
Alkisah, ada sebuah pohon tua yang di dalamnya hidup burung hantu pemarah dan galak. Apalagi jika ada yang mengganggu tidur siangnya. Di malam hari burung hantu tersebut bangun dengan suaranya yang khas sambil mencari mangsa seperti katak, serangga, tikus, dan kumbang untuk dimakan.
Pada sore hari di musim panas, burung hantu tidur di lubang pohon dengan lelapnya. Namun, dari luar tiba-tiba terdengar seekor belalang yang sedang menyanyi. Hal itu membuat burung hantu meras terganggu dan meminta belalang untuk pergi dari sana.
“Hei, pergi dari sini kau belalang! Apa kamu tak punya sopan santun mengganggu tidur orang yang sudah tua?”
Namun, belalang menjawabnya dengan nada kasar dan ia merasa bahwa dirinya juga punya hak atas pohon tersebut. Bahkan, si belalang menyanyi dengan lebih keras lagi.
Karena mengalami jalan buntu, si burung hantu pun berpikir bagaimana cara untuk menghukum si belalang. Ia pun memanggil si belalang dengan sangat ramah.
“Hai belalang, jika aku terus bangun aku pasti mendengar kamu bernyanyi. Tahu tidak, aku memiliki anggur disini. Jika kamu mau, kesinilah. Dengan memakan anggur ini, suaramu akan seperti Apollo karena ini kiriman dari Olympus”
Akhirnya si belalang pun terayu, dan ia melompat ke sarang tersebut. Ketika si burung hantu melihat hal tersebut, ia langsung menerkam serta memakan si belalang.
Dongeng legenda ini menceritakan tentang seorang anak raja Prabu Tapa Agung, yang bernama Purbasari.
Ia terusir dari kerajaan lantaran sang kakak, Purbalarang, mencelakainya menggunakan ilmu hitam. Hal ini mengakibatkan seluruh tubuh Purbasari dipenuhi totol totol hitam sehingga sang ayah terpaksa mengasingkannya ke sebuah hutan belantara.
Di hutan Purbalarang bertemu dengan seekor monyet hitam bernama Lutung Kasarung yang membantunya untuk menghilangkan kutukan tersebut.
Pada saat sang kakak Purbalarang mengetahui adiknya itu sudah sembuh, ia berusaha mencegahnya kembali ke kerajaan.
Caranya adalah dengan memberi tantangan ‘siapa yang memiliki tunangan paling tampan’.
Lutung Kasarung yang sebenarnya seorang pangeran yang kena kutuk menjadi seekor kera berubah wujud menjadi seorang laki-laki tampan dan menjadi tunangan Purbasari.
Hal ini membuat Purbalarang mengaku kalah dan mengakui semua kesalahannya.
Dikisahkan hiduplah seorang pria tua yang memiliki empat orang anak. Pria tua tersebut tidak ingin anak-anaknya itu menjadi manusia yang terlalu cepat menghakimi sesuatu. Ia pun mengirimkan mereka untuk melihat pohon pir yang berada jauh dari rumah mereka.
Masing-masing anak diminta pergi di musim yang berbeda, yakni musim dingin, semi, panas, dan gugur. Pada saat mereka kembali, sang ayah pun bertanya tentang apa yang mereka lihat.
Anak yang pertama mengatakan kalau pohon pir tersebut terlihat jelek, gundul, dan bengkok terkena angin. Anak kedua mengatakan bahwa pohon tersebut dipenuhi tunas dan terlihat menjanjikan. Kemudian, anak ketiga mengatakan kalau pohon tersebut dipenuhi dengan bunga-bunga yang wangi. Sedangkan anak yang keempat mengatakan bahwa pohon pir tersebut memiliki banyak buah yang terlihat sangat sedap.
Sang ayah pun menjelaskan kalau yang mereka semua lihat adalah benar. Masing-masing dari mereka hanya melihat pohon tersebut dalam satu musim saja. Ia pun berkata, kalau mereka tidak boleh menilai pohon, apalagi manusia, hanya dari satu sisi saja.